
“Genjer-Genjer,” sebuah lagu yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Banyuwangi ciptaan Muhammad Arif, sempat menjadi lagu terlarang semasa Order Baru karena dianggap membawa pesan-pesan komunisme yang ditinggalkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memimpin pada Orde Lama. Puluhan tahun lagu ini dianggap sebagai suara yang tabu, menjadi sebuah karya seni yang tidak boleh diekspresikan. Sebagai bagian dari sejarah kelam Indonesia, lagu ini justru menginspirasi seorang perempuan bernama Faiza Mardzoeki yang menyutradarai karyanya berjudul “Nyanyian Sunyi Kembang Genjer,” sebuah pertunjukan teater yang dibungkus dalam bentuk film, berkisah tentang anggota Gerwani yang mengalami tindakan sewenang-wenang oleh aparat dalam Peristiwa G30S. Karya ini tentunya bisa menjadi media alternatif untuk memantik keingintahuan generasi muda dalam mempelajari sejarah Indonesia secara menyeluruh.
Artikel ini pertama kali tayang di Magdalene pada 6 Agustus 2017 dengan judul “‘Nyanyian Sunyi Kembang Genjer’ Upaya Generasi Muda Pertanyakan Sejarah” yang ditulis oleh Elma Adisya (Magdalene). Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://magdalene.co/story/nyanyian-sunyi-kembang-genjer-upaya-generasi-muda-pertanyakan-sejarah