
Sebagai kelompok yang menjadi korban kekerasan berbasis diskriminasi, kolektif Suara Peranakan Tionghoa menjadi bagian penting dalam membangun resistensi terhadap ketidakadilan dan merawat nilai-nilai kemanusiaan. Berbagai kegiatan bersifat humanis dilakukan oleh mereka sebagai upaya agar tidak terulangnya sejarah kelam, dan tentunya untuk terus menjaga persatuan bangsa. Namun, meski sudah 24 tahun berlalu sejak Tragedi 1998, representasi etnis Tionghoa-Indonesia masih sangat jarang ditemukan dalam pemerintahan atau militer. Mereka pun belum mendapatkan pengakuan yang setara dalam masyarakat.
Simak interview yang dilakukan Magdalene bersama Kevin Ng, anggota Suara Peranakan Tionghoa yang memberikan perspektifnya terhadap diskriminasi yang dialami etnis Tionghoa secara sistematis dan upaya apa saja yang diharapkan bisa mendorong peran etnis Tionghoa dalam mempromosikan pemenuhan dan perlindungan HAM di Indonesia
Artikel ini pertama kali tayang di Magdalene pada 11 Februari 2021 dengan judul “Apa yang Tidak Kita Bicarakan Saat Berbicara tentang Tionghoa Indonesia” yang ditulis oleh Siti Parhani (Magdalene). Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://magdalene.co/story/sejarah-kebencian-dan-diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia