Prasangka dan Trauma Itu Masih Ada

Puncak kekerasan terhadap etnis Tionghoa-Indonesia yang terjadi 20 tahun lalu meninggalkan banyak tanya dalam melanjutkan kehidupan berbangsa. Tercatat ada ratusan korban perkosaan, pembunuhan dan penjarahan massal yang korbannya didominasi oleh etnis Tionghoa-Indonesia. Mengapa etnis Tionghoa-Indonesia menjadi korban? Apakah kejadian ini mungkin terulang kembali? Rasanya, pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab.

Selama Januari hingga Maret 2020, tepatnya saat olokan terhadap Cina mulai muncul ke permukaan pasca diumumkannya kasus pertama Covid-19 di Wuhan, Eunike Mutiara Hermawan melakukan penelitian dengan survei online terhadap 100 warga pribumi dan 100 warga Cina yang berusia 30 tahun ke atas. Hasil survei yang dilakukan menjawab 2 hal penting dalam melihat Tragedi 1998 yang erat kaitannya dengan sentimen terhadap etnis Tionghoa: prasangka terhadap etnis Tionghoa sebagai penyebab konflik dan trauma yang masih hidup hingga saat ini.

Artikel ini pertama kali tayang di Magdalene pada 5 Juni 2020 dengan judul “22 Tahun Pasca-Kerusuhan Mei 1998, Prasangka dan Trauma Masih Ada” yang ditulis oleh Eunike Mutiara Himawan (Magdalene).Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://magdalene.co/story/22-tahun-pasca-kerusuhan-mei-1998-prasangka-dan-trauma-masih-ada

%d bloggers like this: