
Di era Soeharto yang meredam suara gerakan perempuan feminisme sukar mendapat kesempatan mengambil peran dalam upaya menghentikan rezim otoriter pada masa orde baru. Namun, hal yang berbeda terjadi pada Wardah Hafidz seorang aktivis perempuan yang bergerak untuk hak-hak kaum marginal. Pada Mei 1998, Wardah bersama kawan-kawannya turun kejalan untuk meneriakkan penindasan yang selama ini dialami Ia dan perempuan lainnya. Gejolak ini tentu tidak lepas dari perkembangan feminisme global dalam merespon isu-isu demokrasi.
Tulisan ini bercerita tentang perkembangan gerakan feminisme Indonesia sejak 10 tahun menjelang tumbangnya orde baru dan peran perempuan dalam puncak Peristiwa 1998.
Artikel ini pertama kali tayang di Historia pada 24 Mei 2018 dengan judul “Puncak Kebangkitan (Kembali) Feminisme” yang ditulis oleh Nur Janti (Historia). Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://historia.id/politik/articles/puncak-kebangkitan-kembali-feminisme-vXjR5/page/3