
Orde baru dimulai dan diakhiri dengan politik stigma, seakan-akan lupa bahwa kemerdekaan Indonesia tidak dapat tercapai tanpa campur tangan banyak tokoh dari beragam latar belakang. Selama masa ini pula etnis Tionghoa-Indonesia dipinggirkan dari sejarah keterlibatan mereka dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia. Sejarah yang direduksi dalam kurikulum formal Indonesia membuat generasi mendatang berperspektif seragam. Untuk itu, peran literatur-literatur yang mengungkap bagian sejarah tidak tercatat dalam buku-buku sekolah menjadi penting untuk membuka cakrawala berpikir juga sebagai bentuk pengakuan bagi mereka yang sejatinya juga korban tindak diskriminasi. Seperti dalam buku “Peran Tionghoa dalam Kemiliteran” karya Iwan “Ong” Santosa, yang menceritakan tentang jejak dan peran etnis Tionghoa-Indonesia sedari zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, kemerdekaan Indonesia, hingga transisi ke orde baru dan pasca reformasi.
Tulisan ini bercerita tentang tokoh-tokoh etnis Tionghoa-Indonesia di luar sejarah formal yang terlibat dalam kemiliteran pada masa orde baru.
Artikel ini pertama kali tayang di Historia pada 4 Desember 2014 dengan judul “Peran Tionghoa dalam Kemiliteran” yang ditulis oleh Aryono. Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://historia.id/militer/articles/peran-tionghoa-dalam-kemiliteran-vJooP/page/1