Menjadi Tionghoa di Indonesia: Luka Kami Masih Basah

Keturunan Cina-Indonesia kerap mengalami diskriminasi di negeri sendiri. Masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia seringkali dijadikan sasaran dan kambing hitam dalam berbagai aksi kerusuhan. Memori dan trauma masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia belum pulih pasca kerusuhan Mei 1998. Namun, pada 22 Mei 2019 ketika kerusuhan pasca pengumuman hasil pemilihan presiden, masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia kembali menjadi korban. Kerusuhan dengan sentimen anti-Cina kerap hadir dan masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia lagi-lagi harus menanggung rasa khawatir dan perasaan tidak aman.

Tulisan ini bercerita tentang perbandingan dua peristiwa antara Mei 1998 dan Mei 2019, serta bagaimana Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa-Indonesia menjadi korban pada dua peristiwa tersebut. Simak kisah lengkapnya pada link berikut:

Artikel ini pertama kali tayang di Magdalene pada 23 Mei 2019 dengan judul “Menjadi Cina di Indonesia: Luka Kami Masih Basah” yang ditulis oleh Nadya Karima Melati (Magdalene). Untuk membaca lebih lanjut, sila klik: https://magdalene.co/story/menjadi-cina-antara-mei-1998-dan-2019

%d bloggers like this: